» » » Berdakwah di Negeri Bandar Judi (Macau Part II)

Berdakwah di Negeri Bandar Judi (Macau Part II)

Penulis By on Rabu, 25 Februari 2015 | No comments

Sebuah perjalanan dakwah H. Abdul Halim, LC di Macau.




Berdakwah di Negeri Bandar Judi (Macau Part II)
Macau II
Kami langsung di bawa ke sebuah flat yang ada di lantai empat, bangunan tua dengan tangga yang agak sempit, kami harus menaiki tangga itu karena tidak ada lift, namanya saja bangunan tua, untunglah malam hari, tidak dalam keadaan berpuasa itu saja sudah membuat kami ngos-ngosan maklumlah belum terbiasa.
Ternyata itu adalah markas MATIM, kami disambut dengan hangat, banyak juga yang berdatangan karena kebetulan hari minggu, lalu kami dihidangkan makanan dan minuman dan kami bercengkrama, berkenalan mempererat hubungan, dan dari sana kami diantar ke sebuah flat yang lain untuk beristirahat, dan ternyata ada di bangunan tua yang artinya kami harus menaiki tangga lagi, dan parahnya flatnya di lantai enam, sambil pelan-pelan kami menaiki tangga isteri saya menghibur diri sambil bilang “ga papa sekalian diet”.
Akhirnya sampai juga di lantai enam, kami masuk ke dalam sebuah rumah yang disediakan satu kamar kosong untuk kami, rumah ini dihuni oleh sekitar enam orang yang semuanya adalah perempuan, ada dua kamar, 1 kamar mandi, dapur dan ruangan kecil agak terbuka untuk menjemur pakaian.
Itulah kenapa saya ngotot mengajak isteri, karena kalau saya sendirian akan ribet urusannya, alhamdulillah kamar yang kami tempati lumayan nyaman, ada AC dan dispenser, lalu kami sholat maghrib, isya’ kemudian tarawih, adapun acara taklimnya dan tarawih bersama akan dimulai besok malam, karena kami butuh istirahat setelah perjalanan yang cukup melelahkan, namun ketika hendak merebahkan badan ternyata kedua koper kami basah, mungkin karena hujan waktu transit di Malaysia, akhirnya isteri saya membongkar isi koper yang kebanyakan basah dan kain-kain yang basah itu dibentang-bentangkan supaya tidak apek baunya kalau dibiarkan dalam koper, akhirnya kamar yang mini itu penuh dengan baju-baju yang tentunya menambah hawa dingin karena kamarnya ber AC.
Sekitar jam 11 malam kami istirahat dan pada jam 03.30 kami bangun dan berangkat ke markas Matim yang kebetulan tidak terlalu jauh untuk saur bersama dan sholat subuh ditutup dengan ceramah agama, agenda rutinnya adalah kami solat tarawih bersama pada jam 11  kemudian setelah itu ada kajian keagamaan, tarawihnya agak malam karena mereka free diatas jam sepuluh, dan acara selesai pada jam duabelas lewat .
siang hari banyak kami isi dengan kegiatan sendiri, mengaji dan membaca atau berdiskusi tentang materi apa saja yang akan disampaikan selanjutnya, dan isteri saya juga banyak bertanya kepada ibu Nur Janah selaku ketua MATIM dan Ibu Widi yang kamarnya kami tempati, tentang kondisi saudari-saudari di Macau ini, apa saja permasalahan mereka, sebagai masukan bagi kami untuk bisa melihat permasalahan secara komplek sehingga materi yang akan kami sampaikanpun lebih mengena.
Sejauh ini acara berjalan lancar, dan mereka sangat antusias dengan kajian yang kami sampaikan,memang ada sebagian yang masih cuek alias masih enggan untuk menghadiri majlis, namun seperti yang disampaikan ibu widi bahwa mengajak mereka harus dengan pelan-pelan, karena pada akhirnya tidak sedikit yang sudah aktif dalam kegiatan keagamaan, bahkan sudah berpakaian sopan dan memakai kerudung dan prosesnya tentu tidak secepat melipat baju, karena banyak hal-hal yang harus mereka pahami dan sesuaikan, “ alhamdulillah ustazd saya sekarang sudah memakai kerudung” kata seorang ibu yang asal pekalongan yang usianya kira-kira empat puluhan,” saya juga ustazd sudah hafal ayat kursi, saya malu kepada anak saya yang sudah banyak menghafal surat-surat yang pendek” sambung seorang ibu sambil tersenyum malu,” kalau saya baru khatam Iqra ustazd, terus ngaji qur’annya gimana kan belum bisa” kata satunya lagi, kemudian saya tanya “ibu hafal surat Al-Ikhlash ga? Yang qul-qul itu”, lalu mereka mengangguk  “ nah itu saja baca berulang-ulang, in syaa Allah ibu dapat fadhilah membaca Al-Qur’an, apalagi yang  Qulhu itu ibu, apabila dibaca tiga kali fadhilahnya sama dengan menghatamkan Al-Qur’an” sambungku. Mereka tersenyum sambil manggut-manggut.
Sehabis tarawih kita isi dengan kajian fiqh interaktif, khususnya fiqh wanita, kemudian habis subuh kami isi dengan kajian ringan tentang akhlaq, selebihnya waktu diisi dengan bercengkrama bertanya kondisi masing-masing dan permasalahan yang mereka hadapi, tidak sedikit dari mereka yang sedang menunggu visa untuk kembali ke Hongkong, bahkan ada yang sudah over stay, dan menurut informasi yang kami dapatkan di Macau ini belum ada perlindungan resmi untuk para BMI yang bekerja seperti halnya di Hongkong, dan belum ada perwakilan KJRI, sehingga bagi BMI yang over stay  mengurus izin tinggalnya lebih susah dari pada di Hongkong.
Oh ya, lokasi tujuan kami masih antara rumah yang kami tempati dengan markas MATIM, dan belum ada waktu untuk jalan-jalan melihat tempat-tempat di Macau, dan rencananya mereka bisa mengantar kami pada hari sabtu dan minggu.
Bersambung ...... 
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya
:)
:(
=(
^_^
:D
=D
|o|
@@,
;)
:-bd
:-d
:p