Berdakwah di Negeri Bandar Judi (Macau Part II)
Macau II
Kami langsung di bawa ke sebuah flat yang ada di lantai
empat, bangunan tua dengan tangga yang agak sempit, kami harus menaiki tangga
itu karena tidak ada lift, namanya saja bangunan tua, untunglah malam hari,
tidak dalam keadaan berpuasa itu saja sudah membuat kami ngos-ngosan maklumlah
belum terbiasa.
Ternyata itu adalah markas MATIM, kami disambut dengan
hangat, banyak juga yang berdatangan karena kebetulan hari minggu, lalu kami
dihidangkan makanan dan minuman dan kami bercengkrama, berkenalan mempererat
hubungan, dan dari sana kami diantar ke sebuah flat yang lain untuk
beristirahat, dan ternyata ada di bangunan tua yang artinya kami harus menaiki
tangga lagi, dan parahnya flatnya di lantai enam, sambil pelan-pelan kami
menaiki tangga isteri saya menghibur diri sambil bilang “ga papa sekalian
diet”.
Akhirnya sampai juga di lantai enam, kami masuk ke dalam sebuah
rumah yang disediakan satu kamar kosong untuk kami, rumah ini dihuni oleh
sekitar enam orang yang semuanya adalah perempuan, ada dua kamar, 1 kamar
mandi, dapur dan ruangan kecil agak terbuka untuk menjemur pakaian.
Itulah kenapa saya ngotot mengajak isteri, karena kalau
saya sendirian akan ribet urusannya, alhamdulillah kamar yang kami tempati
lumayan nyaman, ada AC dan dispenser, lalu kami sholat maghrib, isya’ kemudian
tarawih, adapun acara taklimnya dan tarawih bersama akan dimulai besok malam,
karena kami butuh istirahat setelah perjalanan yang cukup melelahkan, namun
ketika hendak merebahkan badan ternyata kedua koper kami basah, mungkin karena
hujan waktu transit di Malaysia, akhirnya isteri saya membongkar isi koper yang
kebanyakan basah dan kain-kain yang basah itu dibentang-bentangkan supaya tidak
apek baunya kalau dibiarkan dalam koper, akhirnya kamar yang mini itu penuh
dengan baju-baju yang tentunya menambah hawa dingin karena kamarnya ber AC.
Sekitar jam 11 malam kami istirahat dan pada jam 03.30
kami bangun dan berangkat ke markas Matim yang kebetulan tidak terlalu jauh
untuk saur bersama dan sholat subuh ditutup dengan ceramah agama, agenda
rutinnya adalah kami solat tarawih bersama pada jam 11 kemudian setelah itu ada kajian keagamaan,
tarawihnya agak malam karena mereka free diatas jam sepuluh, dan acara selesai
pada jam duabelas lewat .
siang hari banyak kami isi dengan kegiatan sendiri,
mengaji dan membaca atau berdiskusi tentang materi apa saja yang akan
disampaikan selanjutnya, dan isteri saya juga banyak bertanya kepada ibu Nur
Janah selaku ketua MATIM dan Ibu Widi yang kamarnya kami tempati, tentang
kondisi saudari-saudari di Macau ini, apa saja permasalahan mereka, sebagai
masukan bagi kami untuk bisa melihat permasalahan secara komplek sehingga
materi yang akan kami sampaikanpun lebih mengena.
Sejauh ini acara berjalan lancar, dan mereka sangat
antusias dengan kajian yang kami sampaikan,memang ada sebagian yang masih cuek
alias masih enggan untuk menghadiri majlis, namun seperti yang disampaikan ibu
widi bahwa mengajak mereka harus dengan pelan-pelan, karena pada akhirnya tidak
sedikit yang sudah aktif dalam kegiatan keagamaan, bahkan sudah berpakaian
sopan dan memakai kerudung dan prosesnya tentu tidak secepat melipat baju,
karena banyak hal-hal yang harus mereka pahami dan sesuaikan, “ alhamdulillah
ustazd saya sekarang sudah memakai kerudung” kata seorang ibu yang asal
pekalongan yang usianya kira-kira empat puluhan,” saya juga ustazd sudah hafal
ayat kursi, saya malu kepada anak saya yang sudah banyak menghafal surat-surat
yang pendek” sambung seorang ibu sambil tersenyum malu,” kalau saya baru khatam
Iqra ustazd, terus ngaji qur’annya gimana kan belum bisa” kata satunya
lagi, kemudian saya tanya “ibu hafal surat Al-Ikhlash ga? Yang qul-qul
itu”, lalu mereka mengangguk “ nah itu
saja baca berulang-ulang, in syaa Allah ibu dapat fadhilah membaca Al-Qur’an,
apalagi yang Qulhu itu ibu,
apabila dibaca tiga kali fadhilahnya sama dengan menghatamkan Al-Qur’an”
sambungku. Mereka tersenyum sambil manggut-manggut.
Sehabis
tarawih kita isi dengan kajian fiqh interaktif, khususnya fiqh wanita, kemudian
habis subuh kami isi dengan kajian ringan tentang akhlaq, selebihnya waktu
diisi dengan bercengkrama bertanya kondisi masing-masing dan permasalahan yang
mereka hadapi, tidak sedikit dari mereka yang sedang menunggu visa untuk
kembali ke Hongkong, bahkan ada yang sudah over stay, dan menurut informasi
yang kami dapatkan di Macau ini belum ada perlindungan resmi untuk para BMI
yang bekerja seperti halnya di Hongkong, dan belum ada perwakilan KJRI, sehingga
bagi BMI yang over stay mengurus
izin tinggalnya lebih susah dari pada di Hongkong.
Oh ya,
lokasi tujuan kami masih antara rumah yang kami tempati dengan markas MATIM,
dan belum ada waktu untuk jalan-jalan melihat tempat-tempat di Macau, dan
rencananya mereka bisa mengantar kami pada hari sabtu dan minggu.
Bersambung
......