Memupuk Rasa Bangga
Hasan Jufri - Rasa bangga adalah modal penting untuk mengembangkan organisasi apapun. Bahkan dalam ruang lingkup yang lebih besar yakni bernegara, rasa bangga adalah urat nadi kebangsaan. Bila urat nadi terputus maka berarti negara diambang ajalnya. Berikut wawancara Ali Asyhar ( Sekretaris YPP. Hasan Jufri ) dan Aidil Faiz ( Redaktur).
Af : Apa maksud bapak bahwa rasa bangga itu penting?
Aa : Begini. Yang membuat orang bersemangat untuk hidup ini adalah harapan. Kita susah payah menuntut ilmu karena mengharap hilangnya kebodohan. Kita rela beribadah karena mengharap ridla Allah. Tanpa harapan mustahil manusia mau berbuat. Sebaliknya orang yang hidup tanpa harapan pasti loyo. Orang yang bunuh diri itu karena pupus harapannya. Selanjutnya, rasa bangga itu adalah akumulasi dari cerahnya harapan. Orang yang bangga dengan sesuatu berarti ia bisa berharap banyak dari hal tersebut.
Af : Contoh sederhananya bagaimana?
Aa : Contoh. Kita bangga dengan negara Indonesia karena negaranya luas,aman,damai. Umat islam bebas melaksanakan ajaran agamanya. Bukan hanya bebas bahkan pemerintah menfasilitasinya. Masjid ada di mana-mana, acara keagamaan menjadi acara nasional juga. Kita punya harapan banyak dengan negara ini. Bandingkan dengan Syiria, Irak, dan Afghanistan. Apa yang bisa diharapkan? Antar umat islam saling bunuh untuk berkuasa. Boro-boro syiar islam, untuk menyelamatkan nyawa saja susah.
Af : Bagaimana dengan contoh yang lebih spesifik?
Aa : Kalau dalam contoh yang paling kecil adalah diri kita sendiri. Kita harus yakin bahwa diri kita bisa memberi manfaat bagi sesama. Kita bisa berkaca dengan para ulama. Imam Nawawi umurnya 45 tahun tapi beliau meninggalkan karya yang banyak. Ilmunya masih awet sampai hari ini. KH.Wahid Hasyim wafat diusia 39 tahun. Tapi jasanya kepada negara luar biasa. Saya sudah umur berapa? Apa yang sudah saya perbuat untuk sesama? Nah…kita juga harus memiliki kebanggan kepada keluarga, orang tua, guru dan seterusnya.
Af : Kalau kita bicara tentang yayasan ini, apa pendapat bapak tentang pentingnya kebanggaan?
Aa : Sama. Logikanya sama dengan kebanggaan bernegara di atas. Artinya semua keluarga besar yayasan harus bangga dengan yayasannya. Caranya secara bertahap kita benahi yayasan ini. Pertama : administrasi dan keuangannya. Kedua : SDM guru dan pegawainya. Ketiga : Kurikulumnya harus dievaluasi terus. Keempat : Sarana dan prasarananya. Semuanya masuk skala prioritas. Kalau yayasan terus bergerak naik kualitasnya maka rasa bangga akan ikut terdongkrak naik karena harapannya juga naik.
Af : Bagaimana bapak menilai para guru dan pegawai saat ini. Apakah mereka memiliki kebanggaan dengan yayasan ini?
Aa : Benar. Cukup bagus. Yayasan yang paling bagus di Bawean saat ini ya Hasan Jufri. Ini peluang besar untuk syiar islam. Tidak ringan dijadikan kiblat itu.
Af : Apa ada hambatan dalam mengelola yayasan ini?
Aa : Hambatan pasti ada . Kalau kita menanam padi pasti ada rumputnya bahkan eceng gondok juga nongol. Jangan pernah berharap sepi masalah. Justru nilai ibadah itu dari cara kita menyelesaikan masalah.
Af : Apa hambatan terbesarnya?
Aa : Tidak ada. Sama-sama. Hambatan administrasi, keuangan, loyalitas dan lain-lain bagi saya sama kadarnya. Dalam soal loyalitas, yayasan sudah memulai dengan larangan merangkap bagi guru yang sudah bersertifikasi. Yang tidak patuh silahkan menyingkir. Sederhana saja.
Af : Bagaimana menghadapi para siswa dan mahasiswa yang melanggar?
Aa : Lho..kan sudah ada peraturannya. Melanggar “a” maka sanksinya “a”. Melanggar “b” maka sanksinya ya “b”. Semakin banyak siswa dan mahasiswa di yayasan ini maka potensi pelanggaran semakin besar. Kalau murid kita hanya 3 orang ya ringan. Dijamin tidak ada yang aneh-aneh…
Af : Jadi peraturan harus ditegakkan?
Aa : Benar. Yang membuat hati tenang itu adanya kepastian hukum. Berapapun banyaknya masalah tapi kalau ada kepastian hukum maka lembaga akan stabil. Contoh : kalau sudah mencoreng nama lembaga maka wajib dikeluarkan..titik. Tidak ada koma lagi.
Af : Apa maksud bapak bahwa rasa bangga itu penting?
Aa : Begini. Yang membuat orang bersemangat untuk hidup ini adalah harapan. Kita susah payah menuntut ilmu karena mengharap hilangnya kebodohan. Kita rela beribadah karena mengharap ridla Allah. Tanpa harapan mustahil manusia mau berbuat. Sebaliknya orang yang hidup tanpa harapan pasti loyo. Orang yang bunuh diri itu karena pupus harapannya. Selanjutnya, rasa bangga itu adalah akumulasi dari cerahnya harapan. Orang yang bangga dengan sesuatu berarti ia bisa berharap banyak dari hal tersebut.
Af : Contoh sederhananya bagaimana?
Aa : Contoh. Kita bangga dengan negara Indonesia karena negaranya luas,aman,damai. Umat islam bebas melaksanakan ajaran agamanya. Bukan hanya bebas bahkan pemerintah menfasilitasinya. Masjid ada di mana-mana, acara keagamaan menjadi acara nasional juga. Kita punya harapan banyak dengan negara ini. Bandingkan dengan Syiria, Irak, dan Afghanistan. Apa yang bisa diharapkan? Antar umat islam saling bunuh untuk berkuasa. Boro-boro syiar islam, untuk menyelamatkan nyawa saja susah.
Af : Bagaimana dengan contoh yang lebih spesifik?
Aa : Kalau dalam contoh yang paling kecil adalah diri kita sendiri. Kita harus yakin bahwa diri kita bisa memberi manfaat bagi sesama. Kita bisa berkaca dengan para ulama. Imam Nawawi umurnya 45 tahun tapi beliau meninggalkan karya yang banyak. Ilmunya masih awet sampai hari ini. KH.Wahid Hasyim wafat diusia 39 tahun. Tapi jasanya kepada negara luar biasa. Saya sudah umur berapa? Apa yang sudah saya perbuat untuk sesama? Nah…kita juga harus memiliki kebanggan kepada keluarga, orang tua, guru dan seterusnya.
Af : Kalau kita bicara tentang yayasan ini, apa pendapat bapak tentang pentingnya kebanggaan?
Aa : Sama. Logikanya sama dengan kebanggaan bernegara di atas. Artinya semua keluarga besar yayasan harus bangga dengan yayasannya. Caranya secara bertahap kita benahi yayasan ini. Pertama : administrasi dan keuangannya. Kedua : SDM guru dan pegawainya. Ketiga : Kurikulumnya harus dievaluasi terus. Keempat : Sarana dan prasarananya. Semuanya masuk skala prioritas. Kalau yayasan terus bergerak naik kualitasnya maka rasa bangga akan ikut terdongkrak naik karena harapannya juga naik.
Af : Bagaimana bapak menilai para guru dan pegawai saat ini. Apakah mereka memiliki kebanggaan dengan yayasan ini?
Aa : Benar. Cukup bagus. Yayasan yang paling bagus di Bawean saat ini ya Hasan Jufri. Ini peluang besar untuk syiar islam. Tidak ringan dijadikan kiblat itu.
Af : Apa ada hambatan dalam mengelola yayasan ini?
Aa : Hambatan pasti ada . Kalau kita menanam padi pasti ada rumputnya bahkan eceng gondok juga nongol. Jangan pernah berharap sepi masalah. Justru nilai ibadah itu dari cara kita menyelesaikan masalah.
Af : Apa hambatan terbesarnya?
Aa : Tidak ada. Sama-sama. Hambatan administrasi, keuangan, loyalitas dan lain-lain bagi saya sama kadarnya. Dalam soal loyalitas, yayasan sudah memulai dengan larangan merangkap bagi guru yang sudah bersertifikasi. Yang tidak patuh silahkan menyingkir. Sederhana saja.
Af : Bagaimana menghadapi para siswa dan mahasiswa yang melanggar?
Aa : Lho..kan sudah ada peraturannya. Melanggar “a” maka sanksinya “a”. Melanggar “b” maka sanksinya ya “b”. Semakin banyak siswa dan mahasiswa di yayasan ini maka potensi pelanggaran semakin besar. Kalau murid kita hanya 3 orang ya ringan. Dijamin tidak ada yang aneh-aneh…
Af : Jadi peraturan harus ditegakkan?
Aa : Benar. Yang membuat hati tenang itu adanya kepastian hukum. Berapapun banyaknya masalah tapi kalau ada kepastian hukum maka lembaga akan stabil. Contoh : kalau sudah mencoreng nama lembaga maka wajib dikeluarkan..titik. Tidak ada koma lagi.