Berdakwah di Negeri Bandar Judi
Pada hari ahad bertepatan dengan tanggal 29 juni 2014 akhirnya saya
dan isteri berangkat juga ke Macau, sengaja mengajak isteri karena konon macau
tidak jauh dengan hongkong rata-rata TKI di sana adalah kaum wanita, kebetulan
isteri saya juga seorang ustazdah jebolan Dar Azzahra Hadramaut Yaman.
Kami sudah terbiasa pergi keluar negeri jadi tidak terlalu bingung
dan ribet dengan tetek bengek imigrasi dan lain sebagainya hanya saja ketika
kami transit di Malaysia yaitu di KLIA2 untuk mengganti pesawat menuju Macau
cukup melelahkan, karena selain bandaranya masih baru, butuh waktu yang lama
untuk berjalan, ya bandaranya sangat besar, alhamdulillah sampai juga ke ruang
tunggu setelah bertanya beberapa kali kepada petugas yang ada di bandara.
Perjalanan dari Indonesia ke Malaysia ditempuh kurang lebih 2 jam,
dan tidak ada delay, kami berangkat dari Jakarta pada jam 08.30 dan sampai di
KLIA2 kurang lebih pada jam sebelas, namun ketika kami hendak melanjutkan
perjalanan ke Macau pada jam 14.35 penerbangan didelay hampir dua jam, kami
kurang tau alasan penundaannya, karena kami para penumpang sudah duduk di
pesawat tepat waktu, mungkin dikarenakan hujan yang agak deras, menghambat
proses pemindahan bagasi ke dalam pesawat.
Akhirnya sampai juga di Macau kurang lebih pada jam tujuh waktu
setempat, hampir masuk waktu maghrib, di imigrasi tidak ada masalah yang
berarti, isteri saya melenggang masuk dengan mudahnya kebetulan bahasa
inggrisnya lumayan,hanya saja ketika saya menyerahkan paspor petugasnya
berulang-ulang memastikan foto yang ada di paspor dengan wajah saya, entahlah
apakah menurutnya tidak mirip karena foto yang di paspor adalah foto lama
sebelum saya menikah dan memang agak kurus atau karena ada alasan lain sehingga
dia memanggil dua petugas yang lain untuk memastikan, saya sudah agak gugup,
teringat cerita pendahulu saya yang dikirim juga oleh DD ditolak masuk karena
tidak lolos di imigrasi, namun saya lihat isteri saya malah ketawa-tawa sambil
ngeledekin, “uda, jangan-jangan uda disangka teroris gara-gara berjenggot..”ujarnya,
saya tambah khawatir namun kemudian dia bilang “ kher in Syaa Allah rabbuna
yusahhil bi barkat Ramadhan” yang kemudian saya aminkan, alhamdulillah
tidak sampai sepuluh menit petugas imigrasi kembali setelah membawa masuk
paspor saya ke dalam sebuah ruangan, dan stempel masuk itu akhirnya terukir di
paspor saya, terimakasih ya Allah.
Ada hal baik yang saya lihat, orang-orang macau ini lebih friendly
dari yang saya bayangkan, biasanya petugas imigrasi yang saya temui seperti di
Malaysia atau Singapore bahkan di Indonesia suka memasang wajah jutek tidak
bersahabat, namun tidak di Macau, dan hal itu dibenarkan juga oleh dua orang utusan
MATIM (Majlis Taklim Indonesia Macau) yang menjemput kami di bandara bahwa
orang macau lebih ramah dan toleran sehingga mereka tidak perlu
sembunyi-sembunyi untuk shalat pada jam kerja seperti yang dialami TKI di Hongkong. Bersambung ...